“Rope a Dope” Kalah untuk Menang

Aria Nurhadi Zain
4 min readMay 17, 2022
Scene La La Land

“I’m letting life hit me until it gets tired. Then I’ll hit back. It’s a class rope-a-dope, ” Kata Sebastian dalam film musikal romansa, La La Land.

Ada satu istilah yang membuat saya teringat salah satu legenda petinju, Muhammad Ali. Dia menggunakan strategi “Rope-a-dope” untuk mengalahkan lawannya di ring. Tentu saja strategi itu menghantarkan dia menuju kemenangan.

Mohammad Ali

Mungkin saya mengatakan kemenangan dalam hidup ini sama dengan kesuksesan. Namun lagi-lagi, kesuksesan tidak bisa diraih segampang membalikan telapak tangan. Bahkan lebih sulit dari memulangkan doi yang memilih pergi dengan yang lain.

Yang saya suka dari perkataan Sebastian adalah “i’m letting life hit me”. Perkataan itu cukup berani. Karena dia bukannya takut akan serangan, tapi dia justru membiarkan serangan itu datang kepadanya. Gila enggak sih?

Coba deh, orang mana yang mau diserang. Karena kemungkinan dia kalah akan jauh lebih besar dibandingkan dia menang. Serangan itu justru membuat dia semakin lemah. Kalau sudah lemah, gimana mau menang?

Apa sih serangan di hidup ini? Apa yang membuat kita semakin lemah?

Omongan orang, kegagalan, realita pahit, bahkan pikiran kita sendiri bisa membuat kita lemah. Semua itu serangan yang selalu datang kepada kita semua. Serangan itu bisa mengalahkan kita dan bahkan mendorong kita untuk jauh dari kata sukses. Serem ya, but it’s the truth.

Tapi apa iya kita akan semakin lemah dan sudah pasti kalah? Saya rasa kita perlu memahami bersama. Sebenarnya semua itu balik lagi ke diri kita masing-masing. Mindset seperti apa yang akan kita pakai. Mindset yang baik pasti menganggap serangan itu bukan masalah besar bagi dirinya. Justru dia bisa mengubah serangan itu menjadi bentuk senjata baru yang dia gunakan untuk mengalahkan lawannya.

Maksud saya begini, dari omongan jahat orang-orang misalnya, kita bisa memilih apakah omongan itu kita terima mentah-mentah, lalu menyerah. Atau justru kita semakin bersemangat untuk membuktikan kalau omongan itu salah.

Mungkin juga dari kegagalan. Kita bisa milih, apakah kegagalan itu justru membuat kita berhenti melangkah. Atau malah membuat kita belajar dari kegagalan dan berani maju.

Ini yang saya suka dari mindset seorang Sebastian. Dia sudah pasti orang yang memiliki mindset yang terkonstruksi dengan baik. Mungkin kita semua perlu belajar menjadi orang yang tahu cara untuk bertarung. Be Figther man!

Jadi walaupun kegagalan itu pahit melebihi sayur daun pepaya, tapi kepahitan itu lah yang justru memberikan manfaat buat diri kita. Kita harus terus melangkah meskipun realita tak seindah wajah pevita pearce :’)

Bicara tentang kegagalan. Kalian sudah pasti pernah mengalami hal tersebut. Saya pun juga pernah. Bahkan orang yang sudah sukses pun pernah mengalami kegagalan yang jauh lebih banyak hingga akhirnya sekarang mereka bisa dikatakan sukses.

Kevin Fegie

Seperti sosok Kevin Fegie yang kita kenal sebagai otak dari film-film marvel saat ini. Namun dibalik kesuksesannya sebagai kepala kreatif marvel, dia juga memiliki kegagalan dalam hidupnya. Dia pernah ditolak University of Southern California sebanyak 5 kali dan berhasil keterima di percobaan ke enam. Kegagalannya tidak membuat dia menyerah dan terus mencoba lagi hingga dia berhasil.

J K Rowling

Kita juga bisa belajar dari seorang penulis yang berhasil membuat mengimajinasikan dunia sihir. Siapa lagi kalau bukan J K Rowling. Walaupun kita tahu buku nya sudah terjual sebanyak 500 juta cetakan, namun ia sempat ditolak penerbit sebanyak 12 kali.

Walt Disney

Dengan tidak termakan omongan orang lain, mungkin kita juga bisa terus berusaha seperti yang dilakukan pencipta mickey mouse atau yang kita kenal Walt Disney. Dia pernah dikatakan sebagai orang yang tidak kreatif dan kurang memiliki imajinasi saat dia bekerja di perusahan surat kabar Kansas City. Namun dia malah berhasil menciptakan banyak karakter kartun dan berhasil membuat masa kecil kita asyik bukan?

--

--